Jumat, 23 Desember 2016

INTEGRASI ICT DALAM PENDIDIKAN

INTEGRASI ICT DALAM PENDIDIKAN

BAB 1
PENDAHULUAN

Jurnal  ini secara umum membahas bagaimana pendidikan di India. Adapun yang di bahas adalah persoalan-persoalan penting tentang integrasi ICT dalam pendidikan. Mengawali tulisannya Dr. Anjali Khirwadkar mencoba memberikan gambaran secara umum tentang pentingnya pendidikan yang bermutu bagi sebuah Negara. Dalam pengantar tersebut Dr. Anjali Khirwadkar kemudian memasukkan pentingnya isu teknologi dalam pendidikan dengan didukung sumber daya manusia (guru) yang mumpuni untuk menyukseskan integrasi teknologi dalam pendidikan. Untuk menggambarkan pentingnya peran guru dalam integrasi teknologi dalam pembelajaran, Dr. Anjali Khirwadkar memberikan uraian tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa diambil sebagai landasan berpikir. Pada pembahasan selanjutnya Dr. Anjali Khirwadkar memberikan gambaran tentang kurikulum ataupun contoh integrasi teknologi dalam pembelajaran di kelas. Di sinilah peran penting guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pengetahuan tentang ICT dan keterampilan untuk menggunakan TIK dalam pembelajaran merupakan sebuah keniscayan bagi seorang guru. Guru diharapkan dapat mengintegrasikan TIK ke dalam proses belajar mengajar agar proses belajar mengajar lebih bermakna.
Pada bagian akhir tulisan Dr. Anjali Khirwadkar menggambarkan tentang kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru dalam rangka integrasi ICT dalam pendidikan. Di sini Dr. Anjali Khirwadkar memberikan gambaran pelatihan dan materi yang bisa diberikan kepada guru dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, khususnya dalam bidang ICT. Mengacu pada tulisan dalam jurnal ini, penulis berusaha membahasnya lebih mendalam, pada bagian akhir dikaitkan dengan pembelajaran PAI.




BAB II
PEMBAHASAN

Mengawali pembahasannya Dr. Anjali Khirwadkar berupaya berpijak pada hasil-hasil penelitian terdahulu tentang pentingnya peran guru dalam rangka integrasi ICT dalam pembelajaran.

1.    Studi terhadap sikap, keyakinan, dan efikasi (kekuatan) yang dimiliki guru dalam pemanfaatan komputer (TIK) dan pengembangan keterampilan computer
Beberapa studi telah menemukan bahwa sikap individu terhadap komputer dapat meningkatkan sebagai hasil dari instruksi terencana (Kluever, Lam)
Secara garis besar hasil penelitian yang diungkapkan dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa sikap guru memainkan peranan penting dalam proses belajar-mengajar yang memanfaatkan komputer dan koneksi internet. Meskipun begitu, pengamatan banyak mengungkapkan bahwa para guru tidak memiliki kejelasan tentang bagaimana TIK dapat menguntungkan untuk fasilitasi dan peningkatan pembelajaran. Beberapa guru mungkin memiliki sikap positif pada TIK, tetapi guru seringkali memiliki efikasi (kekuatan) ataupun keyakinan diri yang rendah dalam menerapkan TIK. Efikasi diri sebagai "keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan tindakan guna mencapai tujuan tertentu." Sikap, motivasi, kecemasan dan efikasi diri pada komputer merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan komputer yang dimiliki guru dalam pembelajaran.
Secara garis besar hasil penelitian yang diungkapkan dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa sikap guru memainkan peranan penting dalam proses belajar-mengajar yang memanfaatkan komputer dan koneksi internet. Meskipun begitu, pengamatan banyak mengungkapkan bahwa para guru tidak memiliki kejelasan tentang bagaimana TIK dapat menguntungkan untuk fasilitasi dan peningkatan pembelajaran. Beberapa guru mungkin memiliki sikap positif pada TIK, tetapi guru seringkali memiliki efikasi (kekuatan) ataupun keyakinan diri yang rendah dalam menerapkan TIK. Efikasi diri sebagai "keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur dan melakukan tindakan guna mencapai tujuan tertentu." Sikap, motivasi, kecemasan dan efikasi diri pada komputer merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan komputer yang dimiliki guru dalam pembelajaran.
Pertentangan dalam diri guru dan kurangnya antusiasme untuk menggunakan TIK dalam pembelajaran juga mungkin menjadi penghambat.  Selain itu, banyak guru yang mungkin tidak memiliki keahlian pokok dan merasa tidak nyaman untuk menggunakan TIK dalam mengajar. Kecuali jika guru mengembangkan beberapa ketrampilan dasar dan kesediaan untuk melakukan eksperimen pada peserta didiknya dalam menggunakan TIK pada keadaan yang tidak menguntungkan.
Oleh karena itu, sangat penting  bahwa guru yang profesioanl yang mampu menggunakan teknologi informasi di dalam kelas. Melalui belajar mengajar dengan teknologi, program pembelajaran lebih unik dan memiliki tantangan tersendiri.
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh guru adalah berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dimiliki yang dapat memberikan keluasaan bagi guru untuk mengamati proses pembelajaran dengan baik. Atas dasar itu. Langkah yang perlu dipersiapkan adalah mempersiapkan guru yang professional dalam rangka persiapan guru, yaitu: memilki kompetensi tentang computer secara umum, penggunaan teknologi dalam metode pembelajaran di kelas, kesiapan infrastuktur sekolah dan sikap peserta didik.
2.        Pendidikan Komputer pada tingkat Menengah
Pada tahap selanjutnya Dr. Anjali Khirwadkar mencoba menguraikan tentang pendidikan komputer di tingkat menengah. Panduan Kurikulum dan Silabus Teknologi Informasi di Sekolah yang dikembangkan oleh NCERT, India, memiliki tujuan sebagai berikut untuk tingkat sekolah menengah:
a)        Memilih perangkat IT yang tepat untuk tugas yang diberikan; membuat / informasi mesin pencari; pemecahan masalah untuk pembelajaran
b)        Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sumber daya teknologi tertentu; mendemonstrasikan perilaku hukum dan etika mengenai penggunaan teknologi dan informasi
c)        Berkomunikasi dengan berbagai khalayak menggunakan alat IT; menggunakan berbagai alat teknologi untuk pengumpulan data dan analisis; menggunakan alat untuk menyajikan dan mempublikasikan informasi dengan fitur multi media interaktif; menggunakan alat untuk membuat model dan simulasi; memanipulasi gambar.
d)       Menggunakan sumber on-line informasi untuk kolaborasi dan komunikasi; berkolaborasi dengan orang lain untuk membangun terkait konten pengetahuan dasar
e)        Mengembangkan strategi untuk menemukan informasi elektronik yang relevan dan sumber-sumber tepat.
f)         Investigasi Pilihan berbasis teknologi untuk belajar sepanjang hayat;menggunakan produktivitas, alat  alat komunikasi dan keterampilan riset.
3.        Techno – Keahlian Pedagogik
Tujuan pendidikan guru adalah untuk mengembangkan keahlian dan pengetahuan yang sesuai di kalangan para guru untuk menggunakan dan menggabungkan teknologi yang benar dengan cara yang sesuai dalam teknologi pedagogik ada 3 daerah pengetahuan yang disebut isi, pedagogik (hal yang berhubungan dengan pendidikan) dan teknologi. Pada tahapan ini Isi (C) adalah materi pelajaran yang akan diajarkan (T). teknologi  meliputi teknologi modern seperti komputer, internet,digital video dan teknologi yang biasa termasuk overhead projector, papan tulis, dan buku. Pedagogi (P) menjelaskan praktik yang dikumpulkan, proses, strategi, prosedur, dan metode pengajaran dan pembelajaran. Ini juga mencakup pengetahuan tentang tujuan dari instruksi, penilaian, dan belajar siswa.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pelatihan untuk guru. Penggunaan ICT dalam program pelatihan guru di seluruh dunia menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda dengan berbagai tingkat keberhasilan. Adapun beberapa pendekatan tersebut adalah:
a)             Pendekatan pengembangan keterampilan ICT: Guru siswa diharapkan terampil dalam pengunaan ICT untuk kegiatan sehari-hari mereka. Pengetahuan yang diberikan tentang tentang berbagai software, hardware dan penggunaannya dalam proses pendidikan.
b)             Pendekatan pedagogi ICT: Penekanan pada mengintegrasikan keterampilan ICT dalam masing-masing materi. Pendekatan ini berguna untuk sejauh mana meningkatkan keterampilan melek TIK dan pendidikan yang mendasari memungkinkan siswa untuk lebih mengembangkan dan memelihara keterampilan ini dalam konteks merancang ruang kelas dan sumber belajar.
c)             Pendekatan subjek khusus. Dengan metode ini, guru / ahli subjek tidak hanya mamahami cara-cara dan inovasi belajar tetapi pemahaman tentang bagaimana belajar dan mengajar dengan ICT.
d)            Praktek dengan penekanan pada penggunaan ICT dalam pelatihan guru. Fokus pada pengembangan pelajaran dan tugas dengan menggunakan ICT dan mengimplementasikannya dalam pengalaman kerja mereka di berbagai tingkatan. Jadi, ICT dalam pelatihan guru dapat mengambil banyak bentuk. Guru dapat dilatih untuk bagaimana belajar menggunakan alat ICT.
Pendekatan-pendekatan tersebut tentunya berpulang pada kebijakan masing-masing daerah dalam rangka meningkatkan pemahaman guru terhadap ICT.
4.        Kompetensi Guru untuk mencapai Tujuan ICT
Pada bagian selanjutnya Dr. Anjali Khirwadkar menggambarkan bagaimana profil guru yang kompeten khususnya berkaitan dengan integrasi ICT dalam pendidikan.
a)             Memahami peran teknologi dalam perubahan dan implikasi dari perubahan teknologi untuk pendidikan.
b)             Membuat minat belajar di kalangan siswa melalui utilitas unik seperti animasi, simulasi, internet, dll menunjukkan pemahaman yang baik konsep IT dasar dan operasi.
c)             Perencanaan dan merancang lingkungan belajar yang efektif dengan dukungan teknologi.
d)            Penggunaan pelajaran teknologi ditingkatkan untuk memperkaya pembelajaran siswa.
e)             Mengadopsi strategi penilaian untuk mengevaluasi (a) kompetensi siswa dalam keterampilan IT dan (b) kemampuan siswa dalam belajar di lingkungan yang baru.
f)              Menggunakan teknologi untuk meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran dan profesionalisme guru.
g)             Mendemonstrasikan pemahaman tentang isu-isu sosial, etika, hukum, dan manusia seputar penggunaan teknologi di sekolah-sekolah.
h)             Membangun iklim lingkungan belajar dari nilai-nilai yang mendorong pertanyaan, eksplorasi, masalah, pemecahan pengambilan keputusan, dan kelompok kerjasama.
i)               Mengidentifikasi materi pembelajaran yang berguna dari berbagai sumber.
            Materi-materi tersebut tentunya harus dipahami secara komperhensif oleh guru agar integrasi ICT dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Disinilah pentingnya kebijakan pemerintah berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru, khususnya berkaitan dengan pemanfaatan TIK.
5.        Implikasi Integrasi ICT dalam Pembelajaran PAI
Pendidikan terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar mendapat implikasi yang cukup besar dengan munculnya TIK. Perubahan (kemajuan TIK) ini melanda semua aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan/ pembelajaran. Pendapat Rosenberg (2001) sebagaimana dikutip oleh M. Surya mengemukakan bahwa pergeseran paradigma dalam proses pembelajaran adalah: (a) dari pelatihan ke penampilan, (b) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (c) dari kertas ke “online” atau saluran, (d) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (e) dari waktu siklus ke waktu nyata. Ruang belajar atau ruang kelas, misalnya, mempunyai pengertian yang sangat berbeda dewasa ini.[1] Kondisi tersebut juga berdampak pada pembelajaran agama Islam.
Amin Abdullah menjelaskan bahwa Pendidikan agama yang selama ini berlangsung di sekolah ataupun madrasah lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata. Pendidikan agama kurang perhatian terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan yang kognitif menjadi “makna” dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri setiap peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum yang ada.[2] Hal ini menunjukkan bahwa selama ini pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung secara konvensional, dan lebih mementingkan hasil secara kognitif.
Mengacu pada tulisannya Dr. Anjali Khirwadkar bahwa ada beberapa Implikasi TIK dalam pendidikan agama Islam setidaknya berdampak pada perubahan paradigma pada guru, proses pembelajaran, dan pada lembaga pendidikan (ketersediaan sarana dan prasarana).
Kondisi seperti yang dijabarkan diatas menjadikan guru PAI mempunyai kemampuan untuk menampilkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Namun harapan tersebut tidak sepenuhnya berhasil diwujudkan, karena realitas memberi bukti bahwa guru PAI memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sangat beragam. Dan hal tersebut berkaitan dengan profesional guru yang bersangkutan. Seorang guru yang profesional harus memiliki sifat dan sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional, meski mereka mengerjakan suatu pekerjaan yang sama atau berada pada satu ruang kerja. Tidak jarang orang yang berlatar belakang pendidikan yang sama dan bekerja pada tempat yang sama, tetapi menampilkan kinerja profesional yang berbeda, serta berbeda pula pengakuan masyarakat kepada mereka.[3]
Atas dasar itu, guru Pendidikan Agam Islam bisa memaksimalkan Teknologi Informasi Pembelajaran Berbasis Internet sebagai sumber belajar dan sebagai inovasi dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini dikarenakan fasilitas berupa internet akan memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai informasi tentang pendidikan yang secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan siswa dan keberhasilannya dalam belajar.
Aplikasi atau penerapan ICT C (Information Communication and Technology Class) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan cara:
a)             Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang keagamaan, ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa dan lain-lain secara bersistem;
b)             Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling berkaitan diantaranya;
c)             Menggunakan teknologi sebagi proses dan produk untuk membantu memecahkan masalah belajar;
d)            Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan.[4]
Selanjutnya sudah saatnya proses pembelajaran PAI memanfaatkan ICT dalam pembelajaran. Materi-materi dalam pembelajaran PAI dapat memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan tak-dir, atau yang kita sebut dengan rukun iman. Namun hal-hal yang berkaitan dengan penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai aqidah dan akhlak, kalau dengan pen-dekatan teknologis dirasa tidak cukup hanya dengan TIK, maka perlu ditambah dengan nasehat dan contoh/teladan. Untuk materi ini Noeng Muhajir (1988) dalam Muhaimin pembelajaran nilai lebih cocok dengan pendekatan strategi kon-vensional, yaitu dengan jalan memberikan nasehat. Dengan kata lain, strategi ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung bagaimana cara memahami konsep-konsep keimanan dan ketauhidan, nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Dengan demikian, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran PAI cocok digunakan pada pembahasan Fiqh atau ibadah, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Qur’an Hadits dan materi lain yang sesuai.[5]
   Proses integrasi teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah akan merubah paradigm pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teaching center) menjadi berubah dengan berpusat pada peserta didik.



BAB III
SIMPULAN

Integrasi ICT dalam pembelajaran berpulang pada kemampuan guru dalam menjalankannya. Tak heran jika kemudian Dr. Anjali Khirwadkar menguraikan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi para guru dalam rangka menyukseskan integrasi ICT dalam pembelajaran. Di sinilah tantangan yang dihadapi oleh para guru PAI dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Pemanfaatan tekhnologi informasi dalam pembelajaran PAI pada masa kini telah mengalami perkembangan, beragam bentuk system tekhnologi informasi dapat dipergunakan untuk menunjang pembelajaran khususnya PAI seperti penggunaan media power point, email, mailing list, web/blog, dan internet. Hal ini sangat memberikan kemudahan dalam pembelajaran PAI sehingga guru dan siswa dapat dengan mudah melaksanakan pembelajaran.






DAFTAR PUSTAKA

Arief Furchan. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan Madrasah dan PTAI). Yogyakarta; Gama Media, 2004.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002.

Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. (Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. Bandung: Yayasan Nuansa Cen-dekia, 2003

Sudirman Siahaan, Pemanfaatan teknolofi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, (Jakarta, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010.

Yusuf Hadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2004.






[1]Sudirman Siahaan, Pemanfaatan teknolofi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran, (Jakarta, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 22.

[2]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002), h. 90

[3]Arief Furchan. Transformasi Pendidikan Islam di Indonesia (Anatomi Keberadaan Madrasah dan PTAI). (Yogyakarta; Gama Media, 2004), h. 105

[4] Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.78
[5] Muhaimin. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam. (Pemberdayaan, Pengem-bangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. (Bandung: Yayasan Nuansa Cen-dekia, 2003), h. 92

Tidak ada komentar:

Posting Komentar